Mas Usrok Blora

Selasa, 22 April 2014

cah mbloro = ORANG BLORA

gapura kantor Kabupaten Blora

Kabupaten Blora
Lambang Kabupaten Blora.gif
Lambang Kabupaten Blora
Moto: Sasana Jaya Kerta Bumi
Locator kabupaten blora.gif
Peta lokasi Kabupaten Blora
Koordinat: 111016' - 1110338' BT, 60528' - 70248' LS
Provinsi Jawa Tengah
Dasar hukum UU No. 13/1950
Tanggal -
Ibu kota Blora
Pemerintahan
 - Bupati Drs. Djoko Nugroho
 - DAU Rp. 753.830.036.000.-(2013)[1]
Luas 1.820,59 km2
Populasi
 - Total 844.490 jiwa (2006)
 - Kepadatan 463,86 jiwa/km2
Demografi
 - Bahasa Bahasa Jawa Blora
 - Kode area telepon 0296
Pembagian administratif
 - Kecamatan 16
 - Kelurahan 295
 - Flora resmi Jati Blora
 - Fauna resmi Burung Betet
 - Situs web http://www.blorakab.go.id/

Kabupaten Blora : adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Blora, sekitar 127 km sebelah timur Semarang. Berada di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati di utara, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur) di sebelah timur, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di selatan, serta Kabupaten Grobogan di barat.
Blok Cepu, daerah penghasil minyak bumi paling utama di Pulau Jawa, terdapat di bagian timur Kabupaten Blora.

Pembagian administratif

Kabupaten Blora terdiri atas 16 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 271 desa dan 24 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Blora.
Di samping Blora, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Cepu, Jiken, Ngawen, dan Randublatung.

 Geografi

 Hutan jati di Kabupaten Blora

Wilayah Kabupaten Blora terdiri atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian 20-280 meter dpl. Bagian utara merupakan kawasan perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian selatan juga berupa perbukitan kapur yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng, yang membentang dari timur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur). Ibukota kabupaten Blora sendiri terletak di cekungan Pegunungan Kapur Utara.
Separuh dari wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan hutan, terutama di bagian utara, timur, dan selatan. Dataran rendah di bagian tengah umumnya merupakan areal persawahan.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora merupakan daerah krisis air (baik untuk air minum maupun untuk irigasi) pada musim kemarau, terutama di daerah pegunungan kapur. Sementara pada musim penghujan, rawan banjir longsor di sejumlah kawasan.
Kali Lusi merupakan sungai terbesar di Kabupaten Blora, bermata air di Pegunungan Kapur Utara (Rembang), mengalir ke arah barat melintasi kota Purwodadi yang akhirnya bergabung dengan Kali Serang.

Lahan pertanian di Kabupaten Blora

Jalan daerah di Kabupaten Blora
hutan jati di kabupaten blora
pemanfaatan lahan hutan dengan padi gogo di Kabupaten Blora

Sejarah Blora

Asal Usul Nama Blora
Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata BELOR yang berarti lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih dikenal dengan nama BLORA.
Secara etimologi Blora berasal dari kata WAI + LORAH. Wai berarti air, dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah.
Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata. Sehingga seiring dengan perkembangan zaman kata WAILORAH menjadi BAILORAH, dari BAILORAH menjadi BALORA dan kata BALORA akhirnya menjadi BLORA.
Jadi nama BLORA berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur.
Blora Era Kerajaan di bawah Kadipaten Jipang
Blora di bawah Pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih di bawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaan meliputi:
Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi setelah Jaka Tingkir (Hadiwijaya) mewarisi takhta Demak, pusat pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian Blora masuk Kerajaan Pajang.
Blora di bawah Kerajaan Mataram
Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mataram bagian Timur atau daerah Bang Wetan.
Pada masa pemerintahan Paku Buwana I (1704-1719) daerah Blora diberikan kepada putranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = ¾ hektar). Pada tahun 1719-1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV.
Blora di Zaman Perang Mangkubumi (tahun 1727–1755)
Pada saat Mataram di bawah Paku Buwana II (1727-1749), terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangku Bumi diangkat oleh rakyatnya menjadi raja di Yogyakarta.
Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangku Bumi menjadi raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangku Bumi menjadi raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, di antaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.
Blora di bawah Kasultanan Perang Mangku Bumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama 'palihan negari', karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Paku Buwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Palihan Negari itu, Blora menjadi wilayah Kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau pilih mundur dari jabatannya
Blora sebagai Kabupaten
Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram, Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini karena Blora terkenal dengan hutan jatinya.
Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan HARI JADI KABUPATEN BLORA. Adapun Bupati pertamanya adalah WILATIKTA.
Perjuangan Rakyat Blora menentang Penjajahan
Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu.
Pada tahun 1882 pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah (petani). Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh Samin Surosentiko.
Gerakan Samin sebagai gerakan petani antikolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal bersenjata.
Beberapa indikator penyebab adanya pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah Belanda antara lain:
Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora
Perubahan pola pemakaian tanah komunal
Pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk
Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunyai corak MILLINARISME, yaitu gerakan yang menentang ketidakadilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur.


alun alun Kabupaten Blora sisi selatan






alun alun Kabupaten Blora ( sisi timur )


Kesenian

Kesenian khas Blora adalah:
  • Barongan Gembong Amijoyo
  • Tayub
  • Ketoprak ( Hampir Punah )
  • Wayang Kulit
  • Wayang Krucil ( hampir punah )
  • Kentrung ( hampir punah )

Julukan

  • Blora Kota Sate
Karena Blora terdapat sate khas dengan bumbu khas Blora
  • Blora Kota Barongan
Karena Blora adalah kota yang paling gencar melestarikan seni budaya Barongan

Potensi

  • Batik Blora, di Desa Klopoduwur
  • Gula Merah, di Desa Todanan dan Kunduran
  • Sentra Kerajinan Kayu Jati, di Desa Jepon

Kuliner khas Blora

Makanan

Makanan khas Blora adalah:
  • Soto Blora
  • Sate Ayam Blora
  • Sate Kambing Blora
  • Manco
  • Iwak Asin Sego Jagung
  • Oseng-Oseng Ungker (ungker adalah sejenis kepompong)
  • Lontong Tahu
  • Mangut

Minuman

Minuman khas Blora adalah:
  • Wedang Cemohe
  • Limun Kawis

Tempat Wisata

Tempat pariwisata di Kabupaten Blora:
  • Waduk Greneng, di Desa Tunjungan
  • Goa Terawang, di Desa Kedungwungu
  • Waduk Tempuran, di Desa Tempuran
  • Waduk Bentolo, di Desa Tinapan
  • Wisata Kereta Lokomotif[3], di Desa Cepu
  • Pemandian Sayuran, di Desa Soko
  • Taman Rekreasi Tirtonadi, di Desa Karangjati
  • Taman Water Splash Sarbini, di Desa Tempuran
  • Gunung Manggir, di Desa Ngumbul
  • Ara-Ara Kesanga, di Desa Doplang
  • Goa Sentono, di Desa Menden

Bahasa Jawa Blora



Bahasa Jawa Blora adalah salah satu dialek dalam bahasa Jawa, dituturkan di daerah Kabupaten Blora dan sekitarnya. Dialek Blora secara umum dipertuturkan diseluruh wilayah Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang dan sebagian wilayah perbatasan dengan provinsi Jawa Timur seperti di Kabupaten Bojonegoro. Dialek ini juga digunakan oleh kelompok orang Samin yang tersebar di Kabupaten Blora, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Pati.
Dialek ini sebetulnya tidak terlalu berbeda dengan dialek Jawa lainnya, hanya terdapat beberapa istilah yang khas Blora, misalnya: nDak iya "lèh"?? (kira kira artinya sama dengan "Masak iya sih"). Piye "lèh" iki?? Kok "ogak" "mulèh-mulèh", malah dha neng ngisor "greng"?? Nèng kéné hawané "anyep", wetengku wis "lesu". Wis ndang di"genjong", "engko" selak masuk angin. Greng : dhompolan bambu; Ogak : ora = tidak; mulèh : mulih : pulang; anyep : adhem : dingin; lesu : ngelih : lapar; digenjong: diangkat/dibopong; engko : mengko : nanti;

Perbedaan

Beda dialèk Blora dengan dialek bahasa Jawa pada umumnya antara lain:
Akhiran "uh" jadi "oh". Contohnya:
abuh jadi aboh
butuh jadi butoh
embuh jadi emboh
ngunduh jadi ngundoh
suruh jadi suroh
sepuluh jadi sepuloh
utuh jadi utoh
Akhiran "ih" jadi "èh"[1] , contohnya:
batih jadi batèh
gurih jadi gurèh
kluwih jadi kluwèh
mulih jadi mulèh
sugih jadi sugèh
sapih jadi sapèh
putih jadi putèh

Akhiran "mu" jadi "em", yang artinya hak milik[2] , contohnya:
omahmu = omahem
klambimu = klambinem
anakmu = anakem
Istilah lainnya:
ambèk = karo
briga-brigi = bedhigasan
gendul = botol
jingklong = lemut = nyamuk
kelar = kuat (contohnya: ora kelar ngglewet = ora kelar obah)
lebi = tutup (lawange ndhang di lebi, selak jingklonge mlebu)
leket = lelet = lambat
lodhong = stoples
mèk =njupuk = mengambil
mèlok = mèlu
menga = ora ditutup (lawang)= terbuka
njuk = njaluk = minta
ndahnéya = ndahléya = "ora bakal klakon" = masak iya sih?
ndara ya = mestinya
ndhenger = mengerti
ngglewet = ngglawat, bergerak
pethitha-pethithi = briga brigi
penging = ora éntuk = dilarang
plekoto = paksa
sitok = sicok = siji = satu
suker = becek
biting = sodo = lidi
jeblok = pentong = berlumpur
gelok = toples
énjoh = kodak = iso = bisa
gablek = nduwe = punya
duwik = duit
wedhi = lemah = pasir
ceblok = jatuh
mbalek = pinter = pandai
mbiluk = pinter banget= pandai sekali
ampo = panganan soko lempung [ marahi gegelen ,marahi ngising angel ]
suwal = sruwal = kathok = clono=celana
Badhokan = Pakanan = makanan
Gathot = ( Pakanan nggawene teko Gebingan (Ubi yang di jemur) (marahi mendem)
Krembal = Adah sego
Daringan = Adah Beras
Cethot = Jajan pasar
Limpang - limpung = Pakanan soko menyok (ubi)
Sandhulog = Pakanan teko menyok njerone ono gulone
Goyang goyang = pakanan soko bedhekan
Slamper = Kulite jagung sing bar di deplok
Tiwul = Pakanan teko menyok
Dumbeg = Pakanan teko bedhegan beras ,trus di adahi godong lontar
Tolok = Adahe pakanan nek ape ngemblok (melamar) nganten (pengantin)
Rinjing = Adahe pakanan nek ape ngemblok (melamar) nganten (pengantin)
Rengkek = Kanggo ngusungi tlethong ning tegal
Sangkek = Adah kanggo belonjo ning pasar
Dobos = Adah kanggo belonjo ning pasar
Kemprol = semprul (suka berbohong)
Kakekane = (Kata kata cacian)


bersama mbah Lasio, warga Karangpace, ds Klopoduwur, kec Blora, kab Blora



SEDIKIT GAYA YA MBAH?




masuk koran 2






















Keluarga Kecil 2 anak cukup
berbagai pose 1
berbagai pose 2


Diposting oleh Unknown di 20.22
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

  1. Yohanes Amin Setiawan25 April 2014 pukul 08.25

    1. Taman Rekreasi Tirtonadi, di Desa Karangjati
    2. Taman Water Splash Sarbini, di Desa Tempuran
    Perlu diralat desannya.
    Kemajuan sekarang ngeblog.
    Jangan terlalu narsis
    lanjutkan ditunggu info selanjutnya.

    BalasHapus
    Balasan
      Balas
Tambahkan komentar
Muat yang lain...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

tanggal


Movie Category 1

mari senam setiap hari biar sehat


Popular Posts

  • cah mbloro = ORANG BLORA
    gapura kantor Kabupaten Blora Kabupaten Blora Lambang Kabupaten Blora Moto : Sasana Jaya Kerta Bumi Peta lokasi Kabupaten Blor...
  • BARONGAN MBLORO / BARONGAN BLORA
    BARONGAN BLORA 13 BARONGAN BLORA 12 BARONGAN BLORA 11 BARONGAN BLORA 10 BARONGAN BLORA 9 BARONGAN BLORA 8     BARO...
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.